Tuesday, July 17, 2012

Langit Runtuh

Puisi Malam yang Sepi

desir angin malam tak mampu menerbangkan butiran pasir yang basah
ombak di bibir pantai pun enggan menyentuhnya
Sang fajar belum menampakkan jati dirinya

Menunggu pagi di dini hari yang mencekam


membiarkan detakan jantung yang semakin memburu
nafas yang tak teratur karna isak tangismu
Jantung seolah tersayat angin yang berhembus
perih, perih, perih, yang engkau rasakan
tapi rasamu seakan mati seperti angin malam menuju samudra
yang tak memperdulikan akan hadirmu

Sadarlah engkau wahai jiwa yang terluka
Terdampar di sudut batuan pantai
Engkau telah letih berlayar ke tengah samudra
Terombang ambing dalam ketidak pastian
terjangan ombak, hujan badai
terlewati dengan kasih dari dalam hati

namun
Engkau terhempas kembali menuju daratan
lelah ketepian, saat arah tak sama
dia pergi...

Dahulu... dia datang saat jiwamu kesepian
dia penuhi ruang hatimu yang hampa
dia isi kekosongan jiwamu
dia isi kematian rasamu
aku tahu itu, tapi engkau pun harus sadar
lihat..lihatlah sekelilingmu
rasa bersama sang waktu

sekarang, di depanmu...
Sang fajar bersama warna indahnya menghias langit
Bintang-bintang pergi bersama sang rembulan
beralih tugas dengan sang fajar yang kan menjadi mentari

Namun mentari tak tersenyum di kala kau merintih kesakitan
merasakan perih yang tak kau rasakan sebelumnya
engkau rela membiarkan ombak air mata di wajahmu
demi yang ada di seberang sana...meninggalkannmu
yang tak pernah menantimu...mengabaikanmu

Ingat... engkau hanya sebuah pelarian
yang di undang lalu di buang
seperti itukah yang kau mau?
Sampai kapan engkau akan  terus begini...
lihat... perahumu telah dikaramkan olehnya
dia tak menginginkanmu
seharusnya rasamu itu juga karam
mengapa kau masih membiarkannya..
akh,, aku binggung denganmu

Hangat sinar mentari tertutup awan kelabu..
hangatnya langit pagi kini terbingkai sebuah lara
Mendung hitam makin lekat dalam benak jiwa
dia retakkan ragamu, bagai petir yang datang di kala mentari bersinar
apa salahmu dia karamkan perahumu saat engkau lelap dalam harapan mimpi indahmu
Langit runtuh mendekapmu
kasihan akan dirimu, rasamu tak bertuan
rindumu tiada labuhan
cintamu tak terhingga
dapatkah engkau dayung perahu layar tanpa kasihnya sayang?


No comments:

Post a Comment